Selasa, 07 September 2010

Review Buku: Kopassus untuk Indonesia; Rahasia Pasukan Komando


Isi buku Kopassus untuk Indonesia yang di luncurkan Kopassus TNI-AD tidak asal-asalan. Buku dengan design gaul itu buka rahasia dapur korps paling baik ketiga didunia itu, termasuk juga operasi intelijen bawah tanah.

WANITA itu bukanlah tentara. Style bajunya juga enjoy. Turun dari mobil New Honda City metalik, dia disambut hormat oleh prajurit Kopassus. “Mbak Esti ini telah kami anggap sisi dari keluarga, ” kata Letkol Farid Makruf yang menyongsong Esti di Markas Komando Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur Kamis lantas (7/1).

Siang itu situasi sekitaran Kesatrian Kopassus agak lengang. Sebab, pada pukul dinas, semuanya prajurit repot dengan pekerjaan semasing. “Sebelum mengetahui mereka, aku betul-betul pemula dengan dunia militer, ” kata Esti yang berniat bertandang ke Kopassus untuk menjumpai Jawa Pos (Cenderawasih Pos Grup).

Nama komplitnya Erastiani Asyikin Natanegara. Berbarengan penulis lain, Iwan Santosa, mereka di beri keyakinan penuh oleh Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus untuk menulis buku yang mulai mengedar tiga minggu lantas itu.

“Buku ini yaitu buku resmi Kopassus awal yang ditulis sipil serta untuk umum, ” kata Letkol Farid yang turut terlibat perbincangan. Farid yaitu alumnus Akmil 1991 yang juga jadi satu diantara narasumber buku. Bekas kepala staf pribadi (Kaspri) Danjen Kopassus itu juga jadi anggota tim penyusun buku berbarengan 16 orang yang lain.

Menurut Farid, Kopassus berniat memohon orang luar supaya tulisannya objektif. “Mbak Esti ini mulai nul puthul. Kita memanglah buka apa yang ada. Bila ingin ditulis buruk, ya catat saja, ” kata perwira asal Pulau Madura itu.

Isi buku setebal 345 halaman itu memanglah blak-blakan. Umpamanya, narasi seseorang anggota Sandhi Yudha Kopassus yang bertugas sebagai intelijen Kopassus waktu saat darurat militer di Aceh pada 2003. Sersan Badri (nama samaran, Red) bertugas untuk masuk ke lingkaran paling utama Gerakan Aceh Merdeka.

Untuk menyukseskan misinya, Badri mesti menyamar sebagai pedagang durian dari Medan. Berselang satu tahun, sendirian, Badri menembus akses untuk memperoleh keyakinan anggota GAM. “Saat paling susah, waktu dia disuruh pimpinan GAM membuat perlindungan istrinya dari kejaran pasukan TNI. Sepanjang tiga bln., Badri mesti mencari tempat kos yang aman dari kejaran TNI yang sesungguhnya rekannya sendiri, ” tuturnya. Supaya jaringan intelijen prima serta tak bocor, Badri tak pernah di ketahui jati dirinya sebagai anggota Kopassus terkecuali oleh sebagian pimpinan operasi. Walau menyamar sebagai pedagang durian, Badri memakai peluang itu untuk menyabot senjata-senjata GAM. “Misalnya, alat pembidik pada senapan-senapan GAM berniat digeser supaya tembakan mereka melenceng atau tak pas tujuan, ” tuturnya. Cerita lain yang juga berniat di buka Kopassus yaitu tim Kopassus yang bertugas mengamankan kerusuhan Ambon pada Januari 2001. Mereka bertugas di tengah-tengah grup Merah (Nasrani) serta grup Putih (muslim). Tetapi, nyatanya, sumber kerusuhan yaitu sniper (penembak tepat) gelap yang memprovokasi serangan.

Narasumber dalam cerita itu yaitu Wakil Asisten Intelijen Kopassus Letkol Nyoman Cantiasa yang waktu itu masihlah berpangkat kapten. Kebetulan Nyoman pernah bercerita kisahnya singkatnya pada Jawa Pos sebagian bln. lantas waktu tidak berniat berjumpa di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Dalam buku itu, diceritakan kalau Nyoman memerintahkan sebagian anggota tim untuk mencari asal sniper yang menembak pada malam hari. Nyatanya, beberapa perusuh itu bersembunyi di Hotel Wijaya II Ambon. Mereka juga menyadap saluran HT pasukan Nyoman. Bahkan juga, kata sandi Nyoman waktu itu yaitu Arjuna 2 juga di ketahui.

Berdasarkan penghitungan masak, Nyoman pada akhirnya memerintahkan tim dengan seizin Pangdam Pattimura (waktu itu dijabat Mayjen M. Yasa) menyerbu Hotel Wijaya. Berlangsung baku tembak sepanjang dua jam sebelumnya semua sniper dilumpuhkan. Mereka sukses mengambil alih bermacam senjata, seperti AK 101, AK 102, SKS, MK1, SS1, M16, serta US Karabine 30 mm.

Terkecuali Aceh serta Ambon, Kopassus buka cerita dibalik operasi-operasi di Papua, Timor Leste (dahulu Timor Timur), serta beragam tempat lain di Indonesia. Tak cemas kiat Kopassus bocor ke tangan intelijen asing? Menurut Farid, kecemasan senantiasa ada. “Tapi, seperti memasak nasi goreng. Bumbunya tak kebanyakan orang tahu, namun akhirnya enak. Jadi, dengan cara detil teknisnya masihlah kami tutupi, ” kata Farid yang saat ini menjabat kepala penerangan Kopassus itu.

Tanpa ada punya maksud sombong, kata Farid, Kopassus memiliki kekuatan intelijen serta antiteror yang dapat dihandalkan. “Rata-rata pembebasan sandera cuma perlu tiga menit. Di Woyla dahulu juga cukup tiga menit, ” tuturnya.

Waktu di tanya mengenai operasi Densus 88 di Rekanggung yang perlu saat 17 jam untuk membekuk Ibrohim, otak peledakan Ritz-Carlton, Farid menggeleng. “Kami tidak ingin memberi komentar ketrampilan orang lain. Cukup orang-orang yang menilainya dengan buku. Bila memanglah Kopassus buruk, ya, silahkan dikira buruk. Apapun itu kami bangga bertugas untuk negara. Itu kehormatan komando, ” kata perwira yang pernah di kirim ke Sierra Leone, Afrika, itu.

Ada banyak cerita lain yang ditulis Esti. Umpamanya, sistem perekrutan anggota Kopassus yang ketat. Seseorang prajurit yang dapat di terima Kopassus mesti dapat lari 12 menit dengan jarak tempuh minimum 2. 800 mtr.. Lantas pull up 12 kali, push up 40 kali minimum dalam satu menit, sit up 40 kali minimum dalam satu menit, renang basic 50 mtr. serta tak takut ketinggian kian lebih 15 mtr..

Kemudian mereka mesti turut seleksi psikologi apabila lolos mesti melakukan pendidikan komando sepanjang tujuh bln.. Kursus itu begitu berat. “Mereka miliki arti kaki tomat, yaitu kaki yang melepuh lantaran mesti long march dari Bandung ke Cilacap jalan kaki dengan jarak tempuh 500 km. sepanjang 10 hari dengan beban perseorangan 30 kg di pundak, ” kata Esti.

Kisah-kisah kegalakan pelatih juga digambarkan. Umpamanya, galaknya Kapten Encun di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar. Encun yang pakar melempar pisau komando itu telah melatih spesialisasi komando 26 th.. “Semua pohon randu di Batujajar tak ada yang selamat. Semuanya dibabat habis untuk latihan lempar pisau, ” tuturnya.




Kisah-kisah humanis anggota Kopassus waktu bertugas diluar negeri juga digambarkan. Juga waktu korps baret merah itu jadi garda depan penanggulangan bencana alam. Wanita alumnus Sastra Tiongkok, Kampus Indonesia itu mengakui cuma perlu tiga minggu untuk merampungkan bukunya.

“Sehari aku wawancara delapan sampai 10 prajurit, mulai pangkat terbawah hingga jenderal, ” tuturnya. Hubungan tiga minggu itu sudah merubah pandangannya mengenai Kopassus. “Mereka beberapa orang aneh yang menderita adrenalin junkie, yaitu orang yang bekerja begitu sempurna dalam keadaan stres serta dalam desakan tinggi, ” tuturnya.